Daftar Blog Saya

Senin, 15 November 2010

Sinopsis dari Ave maria ke jalan lain ke roma

SINOPSIS
Ave Maria
            Sebuah keluarga duduk didepan teras rumah, mereka menanti-nanti kedatangan seorang pemuda, tiba-tiba adik Usup tertawa tergelak sambil menjulurkan tangan ke arah jalan, ternyata seseorang dengan baju jas yang robek-robek dibagian belakang tinggal hanya benang-benang saja, lagi terkulai lemas seperti ekor kuda. Sambil tertawa dia memberi hormat dialah Zulbahri yang dinanti-nanti akhirnya datang.
            Zulbahri menceritakan kisah romannya ketika menikah dengan Wartini, dia sudah 8 bulan menikah namun belum juga mendapatkan anak. ternyata ada pria lain yang dicintai oleh Wartini yaitu Syamsu, adik Zulbahri, Zulbahri mengetahui bahwa Wartini dan Syamsu begitu saling mencintai. Zulbahri menceraikan Wartini dan menjodohkan Wartini dengan Syamsu. Dan Zulbahri pergi ke medan perang untuk membela nusa dan bangsanya.
Kejahatan Membalas Dendam
            Seorang pemuda bernama Ishak, dia seorang pengarang dan penerbit buku, dia pengarang dengan gaya roman, dan perempuan bernama Satilawati, dia adalah tunangan Ishak, Satilawati mempunyai watak yang keras kepala, hubungannya dengan Ishak tidak disetujui Suksoro, ayah Satilawati, Suksoro adalah pengarang kolot pada era zaman Belanda dan kritikus terkenal yang tajam, dia begitu ingin memisahkan hubungan Ishak dan Satilawati. Suksoro memanggil seorang perempuan tua yang sangat sakti dalam hal memisahkan suatu hubungan seseorang, dia adalah nenek Satilawati, namun Nenek Satilawati tidak menyetujui permintaan Suksoro, karena Satilawati begitu mencintai Ishak.
            ternyata dibalik kepergian Ishak, karena temannya sendiri yang mencelakainya, Kartili memberi obat gila kepada Ishak, agar Ishak meninggalkan Satilawati, dia adalah seorang dokter. Asmadiputera adalah teman Ishak dia adalah Master in de rechten, dia berusaha meyakinkan karangan roman Ishak adalah karangan pada era baru saat ini. Akhirnya Ishak yang sempat gila berhasil disembuhkan oleh perempuan tua, dan hubungan mereka disetujui oleh Suksoro, Kartili yang sempat membuat Ishak gila, akhirnya menjadi gila.
Kota Harmoni
            Trem penuh sesak dengan orang-orang dan bau keringat ditambah bau terasi yang sangat tidak mengenakkan, datang seorang nona Indo-Belanda yang mengeluh dengan bau terasi dari seorang wanita Tionghoa. Wanita Tionghoa tersebut merasa tersinggung dan marah-marah kepada wanita Indo-Belanda. Didalam Trem penuh sesak orang-orang berdesakan dan hampir sulit menghirup udara segar, orang-orang berasa lega saat orang-orang turun, tetapi kembali berdesakan saat orang-orang naik lagi, ditambah seorang Nippon yang datang dengan gaya sok kuasa memerintah untuk memberi jalan, seorang anak muda merasa jengkel terhadap orang nippon tersebut, namun ketika didekati anak muda tersebut hanya diam.
            Konduktor meminta karcis saat tiba di Kota Harmoni, orang-orang banyak yang sudah turun, di Trem sudah banyak orang yang mendapat tempat duduk. Beberapa orang naik lewat jendela, orang-orang nippon ikut pula lewat jendela, orang Indonesia menegur orang Nippon yang lewat jendela, mereka adu mulut hingga akhirnya ada seorang Kenpetai yang memarahi Nippon tersebut, orang Indonesia tersebut merasa senang akan kemenangannya.
Jawa Baru
            Semua bahan-bahan pokok sangat mahal, orang-orang Indonesia hanya mendapat seperlima liter beras sehari, namun orang-orang Nippon mendapat jatah lebih banyak lima liter sehari, dijalanan orang-orang banyak yang kelaparan lalu mati, namun pemerintah tetap bungkam, media massa hanya memberitakan tentang perang dan perang, padahal mereka tahu dijalanan rakyat Indonesia sedang kelaparan, di Jawa orang-orang sengsara, mereka kelaparan lalu mati.
            Jawa Hokaido mengadakan rapat tentang penambahan pasokan beras tanpa melihat keadaan rakyat Indonesia. Orang-orang Jawa hanya sabar menerima dengan lapang dada.
Pasar Malam Zaman Jepang
            Orang-orang berbondong-bondong ke pasar raya jika bantuan Sendenbu, karena apapun yang bantuan Sendenbu selalu menarik, mereka berdesakan membeli karcis. Pasar malam ada tempat gelap yang sepertinya disiapkan untuk para pengunjung, dan ada tempat terang, di rumah makan terdengar bunyi musik, di ruangan barisan propoganda diperlihatkan ban kapal tempur, dan baju bagor, diruang main rolet orang-orang berjam-jam duduk, tak ada yang ribut, seperti Ghandi, ia main rolet hingga menjual semua pakainnya hingga ia setengah telanjang, namun pada akhirnya ia kalah. Beberapa hari kemudian ia gantung diri.
Sanyo
            Duduk seorang tukang kacang goreng, Kadir namanya, ia sudah berjam-jam jualan namun keranjangnya masih penuh, ia hanya mendengar Radio umum, tentang pecah sebagai ratna, Pengangkatan Sanyo, ia memaki-maki Sanyo tanpa tahu arti kata Sanyo. Datang seorang tukang es lilin dan yang ingin membeli kacang, Kadir disangka Kumico oleh tukang es lilin tersebut, ia pun merasa sombong, Kadir masih memikirkan arti kata Sanyo. Datang seorang laki-laki yang akan membeli kacang dengan harga 3 sen, Kadir bertanya tentang arti Sanyo, laki-laki itu melempar kacang kepada Kadir dan pergi.
            Kadir masih memikirkan tentang Sanyo, lalu ia merasa Sanyo itu adalah tukang catut. Datang seorang laki-laki yang hendak membeli kacang, Kadir bertanya kepada laki-laki tersebut. "apakah Sanyo itu tukang catut?". Mendengar itu laki-laki itu marah dan membawa Kadir ke kantor polisi.
Fujinkai
            Nyonya Sastra akan mengadakan rapat dikampung A, ia terlihat sok sibuk. Nyonya Sastra membuka rapat, ia berbicara sangat lama, membuat anggota yang datang merasa bosan, diantara para anggota ada yang pulang karena kesal dengan pembicaraan Nyonya Sastra. Namun pada akhirnya para anggota diminta uang seringgit untuk membuat kuwe-kuwe untuk perajurit Nippon, para anggota merasa marah karena mengapa Nyonya Sastra bicara panjang lebar namun pada akhirnya para anggota diminta sembangan.
Oh...Oh...Oh
            Sukabumi terkenal dengan hawa dinginnya, namun orang-orang mengantre beli karcis setengah mati kepanasan. Kereta api berangkat dari Sukabumi menuju Jakarta, orang-orang di kelas dua dapat duduk dengan tenang, namun orang-orang di kelas tiga dan empat berdesak-desakan, kereta berhenti di sebuah stasiun kecil. Beberapa anak muda tak berpakaian masuk kereta, mereka Keibodan yang memeriksa orang-orang yang membawa beras. Orang-orang yang membawa beras dipukuli dan diambil berasnya, sebungkus beras tidak jadi diambil karena milik Agen Polisi, anak-anak muda tersebut pergi. Agen Polisi tersebut meminta beras kepada perempuan muda yang diselamatkan tadi agar berasnya aman hingga di Jakarta, namun sesampai di Jakarta beras tersebut dibawa lari oleh Agen Polisi, perempuan muda tersebut menangis hingga air matanya kering.
Heiho
            Kartono orang yang rajin bekerja dikantornya, ia tetap semangat meski gajinya kecil, belum sekali pun ia mangkir kerja namun penghargaan belum juga ia dapatkan. Ia pun mencalonkan diri menjadi Heiho. Opas pos memberinya sehelai surat bahwa ia lulus menjadi seorang Heiho. Teman-temannya memberinya selamat.
            Di asrama Heiho Kartono diberi pakaian Heiho, ia pulang dengan wajah gembira, Kartono menyampaikan bahwa ia menjadi Heiho kepada istrinya, dengan berat hati Miarti melepas Kartono untuk menjadi Heiho.
Kisah Sebuah Celana Pendek
            Pada saat hari Pearl Harbour diserang Jepang, Kusno merasa senang karena mendapat celana kepar 1001 dari sang ayah. Kusno buta akan politik, yang ia tahu hanya, setelah mendapat celana baru pekerjaan terbuka baginya, Kusno melamar pekerjaan dimana-mana, namun pada akhirnya ia menjadi seorang Opas pos yang hanya digaji 10 sen perbulan. Lama kelamaan celananya mulai rusak, dan ia berhenti bekerja karena gajinya terlalu kecil. Kusno hidup dalam kelaparan, ia berpikir mengapa selalu ada perang.
Surabaya
            Orang-orang mabuk akan kemenangan, namun orang-orang Indo-Belanda berani memasang bendera merah putih biru di hotel Yamato. Orang-orang Indonesia tercengang, tiba-tiba seorang pemuda naik ke atastiang bendera dan dirobeknya kain biru, orang-orang bertepuk tangan , namun orang-orang Indo-Belanda marah dan menembaki orang-orang bak cowboy yang memegang belati. Di Jakarta teriakan-teriakan membelah dua jantung rakyat, mereka menganggap sekutu datang hanya untuk menganmbil tawanan-tawanan, sebelah lagi masih mencurigai sekutu.Pertempuran di Jakarta membara, orang-orang harus menyerahkan senjatanya kepada sekutu, namun mereka tidak mau menyerahkan senjatanya kepada sekutu, akhirnya api kebakaran menjilat gedung-gedung dan jiwa bangsa Indonesia.
            Jalan-jalan di luar kota penuh dengan manusia, keanyakan perempuan, mereka beralan sempoyongan

Minggu, 14 November 2010

Resensi Ave maria

Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Resensi buku : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

1. Judul buku                : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
2. Pengarang                : Idrus
3. Penerbit                    : Balai Pustaka
4. Tahun terbit : 2005 cetakan kedua puluh tiga

            Idrus lahir pada tahun 1921 di Padang. Sastrawan yang berasal dari Minangkabau ini berpendidikan sekolah mengengah. Ia mulai menulis lukisan-lukisan, cerpen dan drama sesudah jepang mendarat pada tahun 1942. Ia termasuk salah satu pelopor angkatan tahun 1945. Ia juga telah membawakan perubahan baru dalam prosa indonesia modern. Dengan tegas ia menyatakan putusnya hubungan antara prosa sebelum perang dengan sesudah perang. Perbedaan prosa Idrus dengan prosa pada masa pra pujangga baru adalah bahwa prosa Idrus bersifat universal dan cenderung ke lukisan tentang kehidupan sehari - hari yang telah bertumpu pada kesengsaran dan kenyataan. Karya-karya Idrus yang lain adalah:
1. AKI
2. Perempuan dan Kebangsaan
3. Jibaku Aceh
4. Dokter Bisma
5. Keluarga Suroso
            Memuat kisah-kisah zaman Revolusi, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dibagi menjadi tiga bagian: Zaman Jepang, Corat-Coret dibawah Tanah, dan Sesudah 17 Agustus 1945. Judul Ave Maria dianggap kebarat-baratan, bahkan dikatakan mengandung anasir propoganda untuk melawan Jepang. Kendati demikian, Idrus dengan sembunyi-sembunyi tetap menulis, dan hasil catatan yang ia buat dengan rahasia dirangkum dalam bagian Corat-Coret di Bawah Tanah. Yang menarik adalah ia menulis karya-karya yang tajam ini, saat ia bekerja di Perserikatan Oesawa Sandiwara Djawa, yang berada di bawah propoganda Sendenbu, setelah ia pindah dari Balai Pustaka karena tak puas karena gajinya kecil.
           
Dalam cerita Pasar Malam Jaman Jepang kita dapat membaca sedikit tentang Sendenbu. Semua orang telah mengerti arti Sendenbu. Sendenbu barisan propoganda. tapi mereka belum mengerti, mengapa Selalu harus ikut campur tangan. Sandiwara dengan bantuan Sendenbu, Perkumulan musik dengan bantuan Sendenbu, pertandingan bola dengan bantuan Sendenbu. Tapi mereka bergirang hati juga, sebab apa-apa yang dicampuri Sendenbu selalu menarik.
            "Corat-Coret" Idrus memberikan kita gambaran gamblang mengenai kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat itu. Menggelitik, acuh kerap mencemooh, terkadang humoris, selalu tajam, Idrus menangkap apa yang disebut Jassin sebagai " sikap jiwa masa bodoh terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap besar pada masa itu.
            Dalam Fujinkai, kita melihat kehebohan Nyonya Sastra mempersiapkan rapat Fujinkai di kampung A, "repot betul, seperti hendak menganwinkan anaknya. Pinjam meminjam kursi, panggil memanggil anggota." Dengan tajam kita membaca timpalan ejekan dan sinisme dari peserta rapat, kekonyolan kehebohan sok resmi tanpa juntrungan yang jelas, sampai kemarahan para peserta yang kemudian diminta sumbangan seringgit demi membuat "kuwe-kuwe" untuk prajurit Nippon yang sakit. " Nyonya Sastra membacanya hingga dia keringatan. Mengingat hingga sekarangpun, situasi "rapat" birokrat sepertinya juga tidak benyak berubah.
            Sikap mencemooh terus tertuang bahkan hingga Jepang angkat kaki, dalam bagian terakhir, sesudah 1945. Disini kita dapati Novel Idrus yang sangat terkenal, mengusung peristiwa besar" Hari Pahlawan" di kota kita, bahkan menggunakannya sebagai judulnya, Surabaya. Seolah tak peduli dengan gegap gembita revolusi, Idrus membabat habis gambaran Heroisme 10 november. Para pemuda diibaratkannya sebagai cowboy dan bandit. Mereka berjalan dengan dada membusung, revolver dan belati di pinggang: revolver-revolver guna menembak pencuri-pencuri sapi dan pisau-pisau belati...guna perhiasan." Tapi pencurian sapi tidak pernah tarjadi, dan bunyi letupan-letupan revolver, ternyata ditembakkan ke atas, " ke tempat Tuhan lama."
            Kekacaun kondisi kaum pelarian dengan segala kesengsaraan dan kekonyolan, digambarkan dengan sinis dan tajam, terkadang kasar dan jenaka. Kedatangan wartawan mesum dari Jakarta dengan dada dan pantat tipis, teriakan trauma seorang ibu yang menjadi pemandangan sehari-hari dan  ditinggal orang tidur, pemeriksaan badan yang semena-mena distasiun, hingga pelarian-pelarian perempuan yang "banyak mendapat makanan dan cinta pengawal-pengawal," dengan segala tukang catut dan "Penyakit Raja Singa"
            Novel Surabaya pertama kali diterbitkan oleh Merdeka Press di tahun 1947, dan menimbulkan banyak kontroversi. Idrus dicap sebagai kontrarevolusi karena penggambaran karikaturnya mengenai pertempuran Surabaya. Tapi kisah bandit menjelma menjadi pejuang (dadakan) dan beraksi bak cowboy di berbagai kota di Jawa, tercatat dalam sejarah hingga beberapa tahun setelah Surabaya terbit. " dikala mana sedang revolusi sedang berkoar dengan hebatnya dengan semboyan-semboyan yang berapi-api, pengarang telah melihat dan mengkritik berbagai kekurangan yang dilihatnya,"Tulis Jassin dalam pendahuluan buku ini. Tak jarang ia didamprat karena tulisan-tulisannya dianggap menghina revolusi. Idrus, dengan gaya prosanya yang tajam dan lugas, memberi kita banyak kritik dan laporan sejarah, untuk tidak tenggelam dalam sekedar simbol dan semboyan mendayu-dayu.
            Idrus sangat pantas disamakan dengan novelis terkenal dari Malaysia, yaitu Karim Raslan, Karim seorang Columnis, ia membeberkan semua kejahatan di negeri Malaysia, karena mereka mempunyai kesamaan dari segi pengarangan dengan gayanya yang sarkatisme, lugas, dan kasar.
            Buku Ave Maria sangat baik dibaca oleh para pemuda karena penuh dengan sikap semangat perjuangan dan sikap antipati terhadap penjajahan yang dilakukan Jepang, penuh dengan nuansa romantis di awal-awal cerita, dan dengan gaya sarkatismenya yang sangat tajam dalam menuliskan cerita-ceritanya, yang dipastikan anda akan terkagum-kagum dengan karangannya yang sangat hebat dan menarik.

Resensi By: R. Afriansyah